Dipenghujung bulan oktober, Lab. BK kembali mengadakan Jurnal Club yang bertemakan SM3T. Mengangkat judul kegiatan SM3T: Mengabdi di Ujung Negeri kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan sesuai target. Kegiatan yang berlangsung di Abdullah Sigit Hall pada jumat 25 Oktober kemarin dihadiri sekurang-kurangnya 50 peserta yang berasal dari berbagai fakultas di UNY. Selama kegiatan tampak peserta mengikuti penyampaian materi dengan seksama.

Pemateri yang dihadirikan dalam Jurnal Club sesi ini adalah para alumni SM3T yang ditempatkan di derah Ende, Nusa Tenggara Timur diantaranya Dwi Susanto, S.Pd selaku koordinator alumni SM3T dan Ina Rahmwati, S.Pd peserta SM3T untuk prodi BK. Dwi Susanto, S.Pd sebagai pemateri pertama banyak menceritakan gambaran SM3T secara umum. Pemaparannya berkisar syarat-syarat umum untuk mengikuti SM3T, berbagai kegiatan mulai dari pra pengkondisian hingga saat terjun di lokasi penempatan, serta suka dan duka dalam mengikuti kegitan di sana. Sarjana mengabdi lulusan UNS ini mengungkapkan motivasi awal dalam mengikuti program sarjana mendidik ini.

Ina Rahmawati, S.Pd yang didaulat sebagai pemateri kedua turut berbagi pengalamannya selama di daerah penempatan. Sebagai satu-satunya mahasiswa BK yang mengikuti SM3T, Ia mengungkapkan bagaimana pelaksanaan BK di daerah penempatan. BK masih sangat asing dan guru BK untuk satu kabupaten jumlahnya sangat minim sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk mengenalkan layanan-layanan BK di daerah tersebut. Ketika pertama kali diterjunkan di sekolah, kepala sekolah justru memberinya tongkat kayu, tongkat kayu itu tak lain digunakan sebagai pemukul untuk anak-anak yang dianggap nakal, ungkapnya menirukan kepala sekolah. Perlu untuk diketahui, pendekatan dengan kekerasan seperti menampar dan memukul dengan kayu merupakan hal yang sangat wajar di sana. Pendekatan yang keras hampir-hampir mulai didapatkan anak-anak di sana sejak kecil di lingkungan keluarga, jelas Alumni BK UNY ini. Ia juga menambahkan kita tidak perlu heran bila melihat bir dan sejenisnya dapat dengan mudah didapatkan karena hal tersebut sudah menjadi hal umum di daerah tersebut.

Hal lain yang menarik di sana yaitu bagaimana toleransi antar umat beragama berjalan dengan baik. Sebagaimana diungkapkan para pemateri, diantaranya terdapat sekolah kristen dengan kepala sekolah yang sekaligus kepala gereja setempat secara rutin mengadakan kegiatan peringatan seperti yang sering diadakan warga muslim, diantaranya berupa khitanan masal. Tidak hanya itu salah satu sekolah Muhammadiyah di sana tidak hanya diisi oleh siswa muslim saja, justru hampir 70% siswanya berlatar belakang kristen.

Kegiatan yang dipandu Umi Maslakhatun tersebut ditutup dengan diskusi dan tanya jawab. Selama sesi terakhir berlangsung peserta nampak antusias dalam bertanya pada para narasumber. Sayangnya karena keterbatasan waktu tidak banyak pertanyaan peserta yang terakomodir.